PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit
jamur biru (blue mold rot) sudah dikenal sebagai penyakit busuk lunak
atau penyakit busuk basah adalah penyakit pascapanen pada buah apel yang
penting. Penyakit ini terdapat disemua daerah pertumbuhan apel. Sebelum
digunakan penanganan pascapanen modern yang menggunakan pengaturan kondisi
ruang simpan dan penggunaan fungisida pascapanen,kerugian pascapanen dapat
mencapai 90% pada buah apel, tetapi setelah zaman modern ini kerugian hanya 1%
sekalipun masih sering dijumpai
Indonesia
sebagai negara yang beriklim tropis memiliki tingkat kelembapan yang tinggi.
Hal ini merupakan faktor penyebab berkembangnya jamur yang dapat mencemari
berbagai macam buah, terutama jamur yang menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin
merupakan senyawa organik beracun hasil metabolisme sekunder dari jamur yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan
hewan, dengan berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis. jamur penghasil
mikotoksin dapat dengan mudah menginfeksi buah, terutama pada buah yang
penanganan pra dan pascapanennya tidak memadai.
Penicillium
expansum merupakan salah satu patogen pasca panen yang paling penting, dimana
merupakan penyebab utama pembusukan pasca panen saat penyimpanan pada apel.
Penyakit yang paling banyak ditemukan akibat kapang ini terdapat pada apel,
yaitu kapang biru. Blue mold rot ini terdapat pada berbagai macam jenis
buah, termasuk apel, pir dan ceri.Infeksi yang sering terjadi adalah saat apel
masih berada pada pohon, namun tersembunyi untuk waktu yang lama, dan terlihat
hanya setelah penyimpanan dalam waktu yang lama, dengan kisaran suhu
perkembangannya adalah -2˚C. Pertumbuhan P. expansum dapat berlangsung
pada suhu sekitar -3 sampai 35˚C, dengan suhu optimal sekitar 25˚C, dan pada aw
0.82. Spora yang dihasilkan dapat menginfeksi apel pada suhu 0 ºC
dan bergerminasi pada suhu penyimpanan 0 ºC.
Penicillium
expansum memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan penicillium
lainnya pada apel, memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, dan menyebabkan lesi
yang lebar. P. expansum merupakan produsen patulin utama dalam
apel dan produk apel. Beberapa buah, termasuk apel biasanya disimpan setelah
panen. Selama penyimpanan dingin tersebut, buah mengalami kehilangan secara
ekonomis yang disebabkan oleh beberapa kebusukan akibat kebusukan dari
jamur.
Penicillium
expansum merupakan penyebab kebusukan pada apel yang paling umum. Apel yang busuk
oleh P. expansum dapat mengkontaminasi sari buah apel dan produk apel
lainnya. P. expansum diketahui dapat memproduksi mikotoksin patulin
{4-hidroksi-4Hfuro[3,2-C]-piran-2(6H)-satu}. Patulin merupakan mikotoksin yang
mempunyai efek karsinogen yang membahayakan bagi kesehatan manusia.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahuhui penyebab penyakit jamur biru pada apel
2. Untuk
mengetahui Bioekologi dari cendawan yang menyebabkan penyakit jamur biru pada
apel
3. Untuk
mengetahui gejala serangan yang ditimbulkan akibat penyakit jamur biru pada
apel
4. Untuk
mengetahui kandungan Mikotoksin dari patogen penyebab penyakit
5. Untuk
mengetahui Pengendalian yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit jamur
biru pada apel
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Faktor yang memengaruhi keparahan penyakit pascapanen
Kemampuan mikroba patogen untuk memulai terjadinya penyakit sangat
tergantung pada sejumlah faktor, yang secara umum dipertalikan dengan mikroba
inang, lingkungan, yang dikenal sebagai segitiga penyakit. Masing-masing faktor
tersebut saling memengaruhi dan akan menimbulkan makin parahnya penyakit
pascapanen.
2.1.1Mikroba Patogen
Mikroba patogen dijumpai sangat banyak, baik selama buah berada di
tanaman maupun di dalam ruang simpan. Meskipun demikian, hanya beberapa jenis
patogen yang mampu tumbuh dan berkembang, dan menimbulkan kerusakan pada produk
pascapanen. Perkembangan patogen pascapanen sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, khususnya suhu, pH, nutrisi, dan kandungan air, yang harus
tersedia. Selain itu, patogen pascapanen harus bekerja sama dengan enzim yang
dihasilkannya untuk menguraikan jaringan inang, yang mengakibatkan keluarnya
nutrisi yang sesuai bagi pertumbuhan patogen dari jaringan yang terurai
tersebut.
·
Suhu. Beberapa jamur mampu tumbuh sangat lambat
meski berada di bawah suhu 10º C, misalnya jamur Rhizopus stolonifer,
Geotrichum candidum, dan Ceratocystis paradoxa. Jamur Botrytis, Cladosporium,
dan Penicillium bahkan masih mampu tumbuh pada suhu 1ºC. Suhu sangat berperanan
dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen pascapanen.
·
Kandungan air. Adanya lapisan air di permukaan
buah akan menyebabkan tingginya kelembaban di sekitar buah dan hal ini mampu
menyebabkan konidium atau spora jamur untuk aktif tumbuh dari periode tak
bergerak. Status fisiologi inang memengaruhi serangan patogen, terutama
dikaitkan dengan kahat air. Produk segar seperti kentang, lebih rentan terhadap
serangan bakteri busuk lunak ketika berada dalam kondisi bengkak; sedangkan
wortel dan kubis yang agak layu paling rentan terhadap serangan jamur Botrytis.
Hal ini dikarenakan kebanyakan mikroba patogen pascapanen dapat tumbuh dengan
baik dan menyebabkan penyakit.
·
Nutrisi. Selanjtnya, patogen luka memerlukan
nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi tersebut keluar dari sel yang rusak di
daerah luka. Sementara, untuk patogen yang menginfeksi melalui lenti sel,
kebutuhan nutrisinya dipasok dari nutrisi yang keluar dari sel di sekeliling
lentisel, khususnya setelah rusak, dalam kondisi anaerob, atau saat penuaan
jaringan.
·
Enzim. Perkembangan penyakit pascapanen
tergantung pada kemampuan patogen untuk menghasilkan enzim, yang membawa
polimer-polemer pektat yang tak larut, yang mengakibatkan hilangnya kekompakan
jaringan dan pemisahan sel tunggal.
2.1.2
Interaksi inang
Setiap jenis
buah dan sayur hanya diserang oleh kelompok jamur parasit dan kemungkinan oleh
bakteri, yang unik dan relatif kecil. Kelompok ini memerlukan persyaratan
nutrisi dan kemampuan enzimatis untuk perkembangannya di dalam jaringan inangnya.
Misalnya, jamur Penicillium digitatum hanya menyebabkan penyakit pascapanen
pada jeruk, dan penyebab penyakit kapang biru, yaitu Penicillium expansum,
merupakan patogen yang serius hanya pada apel dan bukan jeruk, serta
Penicillium italicum mampu menyerang banyak varietas dan sayur.
Selain hal tersebut, jaringan yang berbeda dari buah atau sayur yang sama dapat
beragam kerentanannya terhadap isolat patogen yang sama. Contohnya, daun kubis
bagian luar lebih tahan terhadap serangan jamur Botrytis daripada bagian
dalamnya, dan bagian ujung daun lebih tahan dibandingkan bagian pangkalnya.
Kerentanan
buah dan sayur sangat dipengaruhi oleh pematangan pada saat panen dan
seterusnya oleh perubahan fisiologi yang terjadi. Sebagai contoh, apel yang
masak lebih rentan terhadap serangan Penicillium expansum, juga jeruk yang
masak lebih rentan terhadap serangan kapang Penicillium.
Beragamnya
tingkat kertentanan buah dan sayur terhadap penyakit pasca panen dipertalikan
dengan salah satu atau gabungan dari beberapa hal berikut :
- pH, nutrisi, dan status air inang. Ketahanan
secara umum dari buah dan sayur terhadap serangan bakteri penyebab busuk
lunak, terutama ditentukan oleh tingkat keasaman jaringan. Beberapa jenis
buah dan sayur, seperti cabai, mentimun, dan beberapa jenis buah, sangat
rentan terhadap serangan bakteri busuk lunak.
- Tingkat kelembaban. Kerentanan banyak buah dan
sayur terhadap serangan patogen akan makin meningkat ketika jaringan
membengkak karena tingginya kandungan air atau cairan di dalam sel.
- Penghambat pertumbuhan mikroba dan enzim
pektolisis. Di dalam jaringan buah dan sayur telah diketahui adanya dua
jenis penghambat pertumbuhan mikroba patogen, yaitu senyawa yang belum
dibentuk dan penghambat yang disintesis oleh inang karena adanya tanggap
terhadap infeksi dan kerukan lainnya, atau yang dikenal dengan nama
”fitoaleksin”.
2.1.3
Lingkungan
Kondisi
lingkungan sangat memengaruhi baik tanaman maupun patogennya. Penanganan
pascapanen terbaik yang perlu dilakukan untuk memelihara produk buah dan sayur
segar adalah 1) Mengelola produk dalam kondisi optimum untuk konsumsi dan 2)
mencegah serangan patogen. Faktor lingkungan yang sangat berperanan penting
terhadap keselamatan produk pascapanen, adalah sebagai berikut :
- Suhu.
Suhu berperanan penting dalam meningkatkan kerentanan buah dan
sayur, setelah di panen atau dalam penyimpanan. Pendedahan produk segar
ke suhu tinggi setelah panen dapat meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit pasacapanen, meskipun produk tidak mengalami kerusakan
fisiologi.
- Air dan kelembaban. Air
bebas dan tingkat kelembaban di sekitar produk pascapanen memengaruhi
tingkat kerentanan produk yang disimpan.
Selain
itu, adanya air bebas juga berpengaruh pada pertumbuhan patogen. Pengaruh
air bebas tersebut dapat dilihat dari beberapaa hal berikut :
Ø Air bebas di
permukaan produk segar hampir selalu meningkatkan pembusukan dengan menghidrasi
luka, stomata, atau lentisel, dan dengan mengangkut mikroba patogen ke
dalamnya.
Ø Air bebas
juga menybabkan membukanya lentisel dan kondisi anaerob, misalnya pada umbi
kentang, yang dapat menjadi faktor predisposisi terhadap serangan bakteri busuk
lunak.
Ø Air juga
mampu menyebarkan patogen ketika digunakan untuk mencuci atau mendinginkan buah
dan sayur.
Sementara
itu, kelembapan ruang tersimpan berperan penting terhadap kerentanan produk
pasca panen dan laju infeksi patogen simpanan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal berikut :
Ø kelembapan
relatif 90% dan suhu di atas 5o C memengaruhi perkembangan
penyakit pasca panen dengan cara mendukung pertumbuhan patogen di permukaan
produk segar. Mikroba patogen umumnya tidak tumbuh dipermukaan buah fan sayur
jika kelembapan relatif sama dan kurang dari 90%.
Ø kelembapan
dan suhu berperan dalam mempertahankan luka dan lubang infeksi alami lain, sehingga
memberikan kondisi yang sesuai bagi patogen untuk menginfeksi.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Penicillium
sp.
3.1.1 Klasifikasi

Raya : Jamur
Divisi :
Ascomycota
marga : Penicillium
jenis : Penicillium
expansum
3.1.2
Bioekologi Penicillium
Spesies Penicillium
adalah jamur tanah di mana-mana lebih memilih iklim dingin dan sedang, umumnya
menyajikan dimanapun bahan organik tersedia. Saprophytic spesies Penicillium
dan Aspergillus adalah yang
terbaik dikenal perwakilan dari Eurotiales dan hidup
terutama pada zat organik biodegradable. Umumnya dikenal sebagai cetakan , mereka
adalah salah satu penyebab utama pembusukan makanan , terutama spesies subgenus Penicillium.
Banyak spesies menghasilkan sangat beracun mikotoksin . Kemampuan
spesies Penicillium tumbuh pada bibit dan makanan yang tersimpan lain
tergantung pada kecenderungan mereka untuk berkembang dalam kelembaban rendah
dan menjajah cepat oleh dispersi udara sedangkan biji cukup lembab. Beberapa
spesies warna biru, yang biasa tumbuh di tua roti dan memberikan tekstur yang
kabur biru.
Beberapa
spesies Penicillium mempengaruhi buah-buahan dan umbi tanaman, termasuk P. expansum , apel dan pir; P. digitatum , buah jeruk; dan P. allii . Beberapa spesies diketahui
patogen untuk hewan; P. corylophilum , P. fellutanum , P. implicatum , P. janthinellum , P. viridicatum , dan P. waksmanii adalah patogen potensial dari nyamuk . P. marneffei , yang menyebabkan kematian di Vietnam tikus bambu , telah
menjadi umum infeksi oportunistik dari HIV individu
yang terinfeksi di Asia Tenggara.
Spesies Penicillium
yang hadir di udara dan debu dari lingkungan dalam ruangan, seperti rumah dan
bangunan umum. Jamur dapat segera diangkut dari luar rumah, dan tumbuh di dalam
ruangan menggunakan bahan bangunan atau tanah akumulasi untuk mendapatkan
nutrisi untuk pertumbuhan. Pertumbuhan Penicillium masih dapat terjadi
di dalam ruangan bahkan jika kelembaban relatif rendah, selama ada kelembaban
yang cukup tersedia pada diberikan permukaan. Sebuah penelitian di Inggris
menetapkan bahwa Aspergillus - dan Penicillium tipe spora adalah
yang paling lazim di udara dalam ruangan dari properti perumahan, dan melebihi
tingkat outdoor. Bahkan ubin langit-langit dapat
mendukung pertumbuhan Penicillium-sebagai salah satu studi
menunjukkan-jika relatif kelembaban adalah 85% dan kadar air dari ubin lebih besar dari
2,2%.
3.2 Gejala Serangan dan
Penyebab Jamur Biru pada Apel
Gejala serangan dicirikan oleh adanya
permukaan buah yang bertanah dan berbau apek. Epidermis buah yang terinfeksi
bewarna kuning jerami muda sampai cokelat tua. Daging buah yang terinfeksi
sangat lunak dan berair, mudah terpisah dari bagian yang sehat, karena itu
apabila buah yang bersih dimasukan kedalam pembersih yang menggunakan sikat,
akan banyak daging buah yang tertinggal pada sikat tersebut dan tentunya akan
menjadi sumber inokulum yang potensial bagi buah lain yang masih sehat. Patogen
masuk kedalam jaringan buah melalui lenti sel atau luka yang akan membentuk
misellium putih yang seiring dengan semakin meluasnya daerah yang bermisselium
dan diikuti oleh pembentukan konidi yang bewarna biru atau biru kehijauan
sehingga di bagian tengah terlihat warna biru, sedangkan dibagian luarnya masih
bewarna putih, tetapi yang bewarna putih semakin lama akan bekurang sehingga
akhirnya tertutup semua oleh bagian yang biru.


penyakit
jamur biru pada apel
Penyebab : Penicillium exspansum adalah penyebab yang paling sering dijumpai
dan secara ekonomis paling penting, selain
Penicillium exspansum penyakit
ini juga dapat disebabkan oleh Penicillium
spp antara lain adalah P. aurantiogriseum, P. cyclopium, P. martensi, P.
solinum, P. brevicompactum, P. spinolosum, P.regulosum, P. funiculaosum,dan
sebagainya.
Penicillium
exspansum mudah dibedakan dari spesies Pinicillium yang lain karena jika buah apel dilukai dan diinokulasi
pada suhu 20-220C maka areal yang dirusak kira-kira dua kali lipat
dari yang lain, dapat mencapai diameter 30-40 mm dalam waktu 8-10 hari.
Kerusakan oleh P.exspansum antara
lain disebabkan oleh terbentuknya badan buah yang dikenal sebagai coremium yang
dapat memecah epidermis kulit buah. Koloni pada medium PDA atau MA akan
menghasilkan miselium bewarna biru kehijauan dan konidi bewarna hijau kotor.
Konidi biadanya berukuran sangat kecil, biasanya berdiameter tidak lebih dari
4,5-5,0µm, bulat atau lonjong dan berantai di ujung phialid.
3.3 Mikotoksin yang Dihasilkan oleh Penicillium
expansum
Ø Patulin
Patulin yang
diproduksi oleh P. expansum merupakan genotoksik potensial yang dapat
menginduksi kerusakan oksidatif sel DNA manusia, dimana berperan dalam
mutagenesis dan inisiasi kanker. Kerusakan dan kematangan pada buah menunjukkan
tingginya kerentanan akibat kapang ini. Produksi patulin umumnya terjadi pada
buah yang mengalami kerusakan dan produk yang membutuhkan perhatian keamanan,
seperti pada jus apel, khususnya pada apel dengan kualitas rendah (busuk) atau
sudah jatuh yang digunakan untuk membuat jus atau sari buah. Sebaliknya,
keamanan patulin tidak terlalu diperhatikan pada apel segar, karena bagian dari
apel yang busuk dapat dihilangkan sebelum dikonsumsi.
Pertumbuhan P.
expansum lebih tinggi pada buah pir dibandingkan dengan buah apel. Namun,
akumulasi patulin cenderung lebih tinggi pada buah apel. Selain pH,
akumulasi patulin pada buah apel juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti
kandungan asam organik dan tingkat kematangan buah yang berperan penting pada
akumulasi patulin
Ø Citrinin
Ketika terjadi pembusukan buah, proses pengolahan pada jus apel dapat
mengandung metabolik toksik yang tidak hanya patulin, tetapi juga citrinin.
Ginjal dapat menjadi bagian utama dari serangan citrinin, yang juga berpengaruh
pada metabolisme hati.
Citrinin merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh berbagai spesies Penicilllium
dan Aspergillus. Mikotoksin yang umum ditemukan pada pembusukan apel
merupakan akibat adanya kapang Penicillim expansum. Infeksi dapat
masuk melalui luka, lentisel, atau calyx yang terbuka, dan kadang dapat
melalui spora di udara, atau kontak dengan tanah yang telah terkontaminasi pada
saat penyimpanan di kontainer, atau melaui sistim udara.
3.4. Pengendalian Penyakit Jamur
Biru pada Apel
Sanitasi lingkungan
dari bahan-bahan yang dapat menjadi sumber inokulum, baik dilapangan atau
dikebun maupun digudang ataupun pasar, penanganan pascapanen yang hati-hati
hingga tidak terjadi luka atau lecet pada permukaan buah sangat mengurangi
terjadinya infeksi. Penyemprotan dilapangan atau dikebun (prapanen) atau
pencelupan, perendaman, dan penyemprotan pasca panen dengan berbagai fungisida
, seperti benzimidazole, captan, diphenylalamin, dicarboximide, senyawa klor,
inhibitor biosintesis seperti ergosteriol, agen pengendali hayati, serta perlakuan
dengan air panas dapat mengendalikan penyakit tersebut, tetapi diantara
pengendalian tersebut penggunaan captan yang paling popouler.Ketika
kombinasi Mertect/Captan tidak dapat efektif dalam waktu lama, Penbotec harus
digunakan dalam satu tahun kemudian diikuti oleh Scholar pada tahun berikutnya.
Ketika kombinasi Mertect/Captan yang masih efektif, perputaran selama tiga
tahun yang melibatkan Penbotec, Scholar, atau Mertect dapat digunakan. Karena
sebagian besar siklus inokulum P. expansum dari tahun ke tahun
berikutnya berada dalam peti penyimpanan, perputaran fungisida dapat menjamin
peti penyimpanan secara langsung tidak terkena fungisida yang sama lebih dari
dua atau tiga kali berturut-turut.
Mertect, Penbotec, atau Scholar dalam air tidak dapat
membunuh semua spora pada peti penyimpanan yang kotor karena fungisida lebih
efektif untuk mencegah infeksi pada buah yang terluka dibandingkan membunuh
spora aktif pada permukaan peti penyimpanan. Namun, variasi fungisida yang
diterapkan dari tahun ke tahun ini dapat menurunkan populasi P. expansum yang
hidup pada permukaan peti penyimpanan dengan membuatnya resisten terhadap
fungisida pasca panen. Captan jarang menyediakan lebih dari 50% pengendalian
untuk kapang biru. Sehingga kapang tidak terlalu efektik digunakan sebagai
fungisida pasca panen. Buah yang terluka karena terkena spora P. expansum yang
kemudian dicelupkan pada Captan dapat memberikan keuntungan untuk pengendalian
penyakit pasca panen dengan membunuh akumulasi spora saat sirkulasi ulang
dengan pencelupan.
Meskipun tersedia fungisida baru yang efektif,
operator pengepakan tidak boleh mengabaikan pentingnya menggunakan sanitizer
dan biosida. Sanitizer umumnya diterapkan pada produk yang digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada permukaan yang keras, sedangkan
"biosida" digunakan untuk produk dengan memasukkannya ke dalam
larutan air. Baik sanitizer ataupu biosida akan membunuh mikroba
pada bahan organik yang membusuk (misalnya, apel busuk) atau pada lapisan film
organik yang dapat bertahan pada permukaan keras.
Penggunaan sanitizer harus dilakukan untuk pembersihan/sanitasi tahunan
pada ruang penyimpanan dan secara periodik membersihkan permukaan yang keras
pada pengepakan apel. Biosida harus dimasukkan pada semua jalur pengepakan,
pada pembuangan dan saluran air, untuk mencegah akumulasi dari P. expansum dan
patogen lainnya.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penicillium expansum umumnya menginfeksi buah apel, baik pada buah apel pascapanen maupun buah apel pada masa penyimpanan. Buah apel yang terkontaminasi oleh Penicillium expansum berbahaya jika dimakan karena menghasilkan patulin yang bersifat stabil, dan jika terakumulasi pada buah, mikotoksin ini sulit hilang sehingga dapat berdampak pada kesehatan tubuh di antaranya mengganggu sistem imun dan berpotensi sebagai karsinogen. Salah satu cara penanganan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh Penicillium expansum adalah dengan menggunakan salah satunya Sanitasi lingkungan dengan Sanitizer dan biosida
Penicillium expansum umumnya menginfeksi buah apel, baik pada buah apel pascapanen maupun buah apel pada masa penyimpanan. Buah apel yang terkontaminasi oleh Penicillium expansum berbahaya jika dimakan karena menghasilkan patulin yang bersifat stabil, dan jika terakumulasi pada buah, mikotoksin ini sulit hilang sehingga dapat berdampak pada kesehatan tubuh di antaranya mengganggu sistem imun dan berpotensi sebagai karsinogen. Salah satu cara penanganan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh Penicillium expansum adalah dengan menggunakan salah satunya Sanitasi lingkungan dengan Sanitizer dan biosida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar