I.
Trips pada Cabai Merah
Masalah:
Tanaman cabai merah yang saat ini sedang saya
budidayakan pertumbuhannya terlihat kurang baik,pada bagian bawah daunnya menjadi seperti keperak-perakan dan
pertumbuhan daunnya juga terlihat menjadi kerut dan mengering.
Pertanyaan saya:
“Apakah yang menyebabkan hal tersebut dan bagaimana cara
mengendalikannya?”
(Haryono,Magelang-Jawa Tengah)
Solusi:
Dari gambaran gejala serangannya,
tampaknya cabai merah tersebut diserang oleh hama Trips (Trips parvispinus). Hama trips menyerang tanaman cabai sepanjang
tahun dan serangan berat terjadi pada musim kemarau yang terik dimana populasi
hama tinggi.
Hama trips menghisap cairan
permukaan bawah daun dan bunga. Tanaman cabai yang diserang trips ditandai oleh
adanya bercak-bercak putih dan daun menjadi kriput. Pada serangan berat, daun
pucuk dan tunas menggulung kedalam, timbul benjolan seperti tumor, pertumbuhan
tanaman terhambat kerdil dan bahkan pucuk mati. Hama trips dapat juga bertindak
sebagai vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.
Pengendalian hama thips dapat dilakukan dengan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagai berikut:
1.
Pengendalian
dengan cara Kultur Teknis
a. Penggunaan
mulsa plastik yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap caisin dapat menunda
serangan yang biasanya terjadi pada umur 14 hari setelah tanam menjadi 41 hari
setelah tanam.
b.
Membakar
sisa jerami/mulsa yang dipakai setelah pertanaman
c.
Sanitasi
dan pemusnahan bagian tanaman yang diserang
2.
Pengendalian
Fisik Mekanis
a.
Persemaian
cabai dikurung dengan menggunakan kain kasa untuk menekan serangan hama trips
b.
Penggunaan
perangkap Likat warna biru,putih atau kuning, sebanyak 40 buah perhektar atau 2
buah per 500m2 dipasang ditengah pertanaman sejak berumur 2 minggu.
Setiap minggu perangkap diolesi oleh oli atau perekat.Perangkap likat dipasang
dengan ketinngian lebih kurang 50
cm.(sedikit diatas tajuk tanaman)
3.
Pengendalian
secara Hayati
Pemanfaatan musuh alami
(predator)kumbang Coccinellidae
coccinella repanda,Amblysius cucumeris, Oryus minutes, Arachnidea,dan
patogen Entomophtora sp
4.
Pengendalian
secara kimiawi
Jika dengan cara lain tidak dapat
menekan populasi hama Trips,pengendalian dapat menggunakan pestisida yang
efektif,terdaftar,dan diizinkan oleh mentri Pertanian,misal bahan aktif imidakloprid
Dagger 200L, Deltametrin Decis 2,5 EC,dsb
II.
Antraknose OPT Cabai
Masalah:
Saya senang membudidayakan tanaman cabai di luar
musim, (off season) karena harganya menarik.Namun banyak kendala yang harus
dihadapi, yakni tingkat serangan hama dan penyakit tanaman begitu
tinggi,terutama penyakit busuk buah.
Pertanyaan saya: “Bagaimana cara mengendalikan busuk
buah tersebut?”
(Wayan,Batu,Malang, Jawa Timur)
Solusi:
Tanaman cabai (Capsium annum) merupakan salah satu
komoditas holtikultura prioritas yang bernilai ekonomis yang tinggi,sehingga
jenis sayuran beraroma pedas ini banyak diusahakan oleh petani baik didataran
tinggi maupun dataran rendah.Harga jual produk cabai diluar musim (off season)
umumnya memang cukup tinggi.Itulah sebabnya para petani berusaha keras untuk
menanam cabai diluar musim,apabila tanaman cabai yang ditanam diluar musim
berhasil dengan baik,maka petani akan meraup keuntungan yang banyak.
Penaman cabai diluar musim memang
memiliki resiko kegagalan panen yang tinggi karena adanya serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang menimbulkan serangan kronis pada
tanaman cabai, khususnya diluar musim, adalah penyakit antraknose (Colleotricum capsici) . perkembangan
patogen penyakit ini sangat cepat, terutama pada keadaan cuaca panas dan
lembab.Buah cabai yang terserang penyakit (Colleotricum
capsici) akan membusuk sehingga dikenal dengan penyakit busuk buah.
Tanda-tanda tanaman cabai yang diserang
penyakit busuk buah adalah adanya bercak hitam pada permukaan buah .Apabila
buah cabai yang diserang penyakit tersebut ditekan, maka akan terasa lunak
karena mengalami proses pembusukan. Selanjutnya, pada serangan yang berat buah
cabai tersebut akan menjadi kriput dan mengering, sehingga warna kulit buah
seperti jerami padi.
Pengendalian:
Untuk menghindari adanya serangan penyakit
Antraknose, maka petani perlu memperhatikan langkah-langkah upaya pengendalian
antara lain:
1.
Pengendalian
Secara Kultur Teknis
§ Menggunakan benih yang
sehat
§ Melakukan penggiliran
tanaman dengan tanaman non-solanaceae
§ Melakukan perbaikan
drainase
§ Melakukan sanitasi
rumput-rumput/gulma dan buah cabai yang terserang penyakit dikumpulkan kemudian
dimusnahkan
§ Melakukan budidaya cabai
dengan skala kecil dalam botol-botol plastik dengan media tanam (abusekam+krikil)
dan dipupuk dengan pupuk cair,tanaman cabai tersebut digantung pada rak bambu
dibawag rumah beratap plastik (antisipasi terhadap antraknose ala tegal)
2.
Pengendalian
Hayati
§ Memanfaatkan agens
antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp diaplikasikan pada
kantong persemaian sebanyak 5 gram perkantong, tiga hari sebelum penanaman
benih atau bersamaan dengan penanaman benih
§ Pemanfaatan mikroba
antagonis Pseudomonas fluorescens dan
Bacillus subtilis, diaplikasikan
mulai fase pembungaan hingga tiga minggu setelah pembungaan dengan selang waktu
satu minggu
3. Pengendalian dengan
varietas tahan
Beberapa
varietas cabai yang agak tahan terhadap penyakit adalah varietas Tombak-1,
Tombak-2,Cemeti-1,Nenggala-1, Tampar-1,dan Tampar-2.Sedangkan yang relatif
tahan adalah Varietas kriting Bukittinggi.
4. Pengendalian secara
kimiawi
Apabila
cara lain tidak mampu menekan serangan penyakit dan gejala serangan semakin
meluas, maka pengendalian dapat menggunakan fungisida yang efektif denagna
pelaksanaan aplikasi sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
Diantara jenis fungisida yang diperbolehkan oleh Mentri Pertanian untuk
mengendalikan Antraknose cabai dengan bahan aktif: siprokonazol, azoksistrobin,
zineb missal remedy 50 WP, kaptan,dsb.
Suryanto,Agus Widada.2010.Hama dan Penyakit.Kanisius.Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar